السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Monday, October 5, 2009

Memahami dalam menjalankan sunnah dan meninggalkan bid'ah

Isi gelas ini sampai penuh, rata dengan bibir gelas” perintah guru kepada muridnya, kemudian sang murid langsung melaksanakan perintah gurunya untuk mengisi gelas tersebut hingga penuh rata bibir gelas dengan sebuah teko yang ada di tangannya, namun susah sekali untuk mengisi air rata dengan bibir gelas, sehingga ada sebagian air yang tumpah.

sudah selesai ya guru, namun ada air yang tumpah” jawab murid tersebut.

Kemudian guru tersebut mengambil gelas tersebut dan berkata kepada muridnya “Inilah yang namanya sunnah, sedang air yang tumpah tadi adalah bid’ah!”, kemudian sang guru membaca ayat Al-Qur’an dari surah Al-Maidah ayat ke 3 yang artinya seperti berikut:

…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”

Yaa ayyuhal ikhwan wa akhwat,

Kutipan diatas hanyalah analogi yang saya mudahkan untuk antum/a pahami, bahwa Allah melalui firmannya telah mencukupkan bahwa Islam dengan segala bentuk ibadahnya adalah apa yang telah disampaikan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam.

Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam bersabda:

“Sebenar-benar perkataan adalah Kitab Alloh (Al-Quran), dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad n dan seburuk-buruk perkara adalah perkara yang baru (muhdats), dan setiap perkara yang baru (muhdats) adalah bid'ah, dan setiap bid'ah adalah sesat, dan setiap kesesasatan tempatnya neraka.”

Bab berikut adalah dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah lainnya untuk melengkapi hadist di atas tentang kewajiban mengikuti Sunnah Rasul:

Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al Quran kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.
QS. Al Insaan (76):23

Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki keadaan mereka. QS. Muhammad (47):2

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
QS. Ali 'Imran (3):31

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
QS. Al Al Ahzab (33):21

Berpeganglah dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyidin yang diberi petunjuk, gigitlah dengan gerahammu, dan hati - hatilah kamu terhadap perkara yang baru karena sesungguhnya setiap bid'ah itu adalah sesat.
Hadits Shahih Riwayat Ahmad, At-Tirmidzy, Al-Hakim, Al-Baghawy.

“Setiap ummatku akan masuk syurga, kecuali yang enggan”. Mereka (para sahabat) bertanya : “Siapa yang enggan itu ?”. Jawab Beliau : “Barangsiapa yang mentaatiku pasti masuk syurga, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka sungguh ia telah enggan”
Hadits Shahih Riwayat Bukhari dan Ahmad.

… Barangsiapa mentaati Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berarti dia taat kepada Allah, dan barangsiapa mendurhakai Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam berarti dia telah mendurhakai Allah …
Hadits Shahih Riwayat Bukhari

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.
QS. An Nisaa' (4):155

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik."
QS. Yusuf (12):108

Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
QS. Al Baqarah (2):137

Aku Wasiatkan kepada kalian (untuk mengikuti) para sahabatku, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka.
Shahih Sunan Ibnu Majah

Kalian akan melihat perselisihan yang hebat sepeninggalku, maka berpeganglah kalian pada sunnahku dan sunnah Khulafa'ur Rasyidin Al Mahdiyin sepeninggalku. Gigitlah ia dengan gigi geraham (peganglah kuat-kuat), dan jauhilah perkara-perkara yang baru (dalam agama), karena setiap bid'ah adalah sesat.
Shahih Sunan Ibnu Majah

Aku telah meninggalkan kalian dalam keadaan putih bersih, malam harinya (terang) bagaikan siangnya. Tak seorangpun yang berpaling daripadanya sepeninggalku kecuali akan binasa. Dan siapa diantara kalian yang masih hidup, maka dia akan banyak melihat perselisihan. Maka berpeganglah kalian pada apa yang kalian ketahui, dalam sunnahku dan sunnah Khulafa'ur Rasyidin Al Mahdiyin. Gigitlah ia dengan gigi geraham kalian.
Shahih Sunan Ibnu Majah

Ikutilah kedua orang sesudahku. "Beliau mengatakan demikian seraya menunjuk ke arah Abu Bakar dan 'Umar".
  Shahih Sunan Ibnu Majah

Patuhlah kamu sekalian kepadaku (dengan mengikuti sunnahku), para sahabatku, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian orang-orang sesudah mereka, kemudian tersebar luas kebohongan.
  As Silsilah Ash shahihah

Sebaik-baik ummatku adalah generasi yang hidup saat aku diutus di tengah-tengah mereka, kemudian orang-orang yang datang sesudahku. Kemudian muncul satu kaum, yang bersaksi padahal mereka tidak diminta untuk bersaksi, mereka berlaku khianat dan tidak bisa dipercaya, dan menyebar kegemukan diantara mereka.
Shahih Muslim, Shahih Sunan At Tirmidzi

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.
  QS. At Taubah (9):100

Janganlah kalian mencaci salah seorang diantara sahabatku. Sekiranya salah seorang diantara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, maka ia tidak akan bisa mencapai 1 mud (543 gram) infak salah seorang diantara mereka atau separuhnya.
Muttafaqun 'Alaih

Sesungguhnya Ahli Baitku, mereka memandang bahwa mereka adalah manusia yang paling berhak atas diriku, tapi kenyataannya bukan demikian. Sesungguhnya wali-waliku adalah orang-orang yang bertaqwa diantara kalian, siapapun mereka dan dimanapun mereka berada. HR. Ibnu Abu 'Ashi.
Dishahihkan oleh Albani.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu
. QS. Al Hujuraat (49):13

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.
QS.  An Nisaa' (4):65

Dari apa yang tertulis di atas maka jelaslah ibadah dalam Islam itu, cukupkan diri dengan apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam.

Lau Kaana Khairan Lasabakuunaa Ilaihi
(Kalau sekiranya perbuatan itu baik, tentulah para shahabat telah mendahului kita mengamalkannya)

Thursday, July 16, 2009

Gerai Herbal Abu Tanisha




SUSUT ALAMI ADALAH 100% DARI BAHAN-BAHAN ALAMI, AMAN DARI EFEK SAMPING YANG DITIMBULKAN. KOMPOSISI:*GUAZUMA ULMIFOLIA*PHYLLANTHUS MINURI*CURCUMCDOMISTICA*PUNIKA GRANATUM*CURCUMA RIZOMA*AURANTIFOLIA, BERKHASIAT;1.MENURUNKAN BERAT BADAN YANG BERLEBIHAN SECARA ALAMI TANPA EFEK SAMPING.2.MENAHAN NAFSU MAKAN/MENAHAN RASA LAPAR.3.MERUBAH LEMAK MENJADI KARBOHIDRAT ATAU ENERGI.4.MEMBUAT TUBUH MENJADI RAMPING, DAN SEHAT.

CARA PENGGUNAAN;

untuk menurunkan beret badan yang berlebihan minum 2 atau 3 kapsul sehari 1 jam sebelum makan.*untuk menjaga kesehatan atau menjaga berat badan minum 1 atau 2 kapsul sehari sebelum makan.



RATU LANGSING

Dep.Kes RI No. SP 0924/13.06/01



Sudah terjual 7000 botol dipasaran !!!

Formula Pelangsing Tercepat & Aman

Membersihkan lemak dan racun-racun dalam lambung dan usus yg merupakan sumber penyakit, kanker

( detok / detoksifikasi alami )

Menghilangkan gelambir pd perut (cocok u/ ibu-ibu sehabis melahirkan)

Turun 1-3 kg dalam seminggu

Tidak berbahaya bagi jantung

Bila di ikuti Olah Raga bisa turun sampai 5 kg dalam seminggu

Mengecilkaan perut BUNCIT

Tidak menjadikan badan loyo / lemas

Cocok bagi mereka yg sulit BAB ( Buang Air Besar )

100% HERBAL, tanpa kimia / alami

Efek positif: Mengurangi kolesterol & asam urat, wajah lebih segar !!!



“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon-pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum, dan bersenang hatilah kamu.” (QS. MARYAM : 25-26).


Allah SWT memerintahkan untuk makan buah kurma, karena ini di harapkan Maryam akan menjadi kuat saat melahirkan, serta membantu proses kelahiran anaknya, sekaligus memberikan efek ketenangan dan ketentraman dalam jiwanya.


Dalam ayat yang lain “Di bumi ada buah-buahan dan pohon kurma yang mempunyai kelopak mayang” (QS. Ar-Rohman [55] : 11) Al-Qur`an tidak pernah menyebut nama pohon sebagaimana menyebut nama kurma, Pohon kurma ini di sebutkan di 20 tempat dalam Al-Qur`an, Allah SWT telah melebihkan kurma di bandingkan berbagai macam buah, tanaman, dan anggur Kandungan gizi dalam kurma sangat cepat di cerna dan di serap oleh tubuh, Cepat meningkatkan kadar HB dan Trombosit dalam darah, sangat cocok untuk penyembuhan DBD dan Tyfus, secara alami buah kurma sangat baik untuk meningkatkan kesehatan janin, memperkuat rahim pada saat melahirkan, mencegah dari rasa lemah dan memperbanyak ASI, begitu banyaknya khasiat dan manfaat dari buah kurma.


karena itu GERAI HERBAL ABU TANISHA mengeluarkan produk sari kurma “MADINAH “ dimana kita bisa menikmati dan merasakan khasiat kurma dengan mudah dan praktis, karena sudah di kemas dalam bentuk cairan ekstrak, sehingga memudahkan kita untuk mengkonsumsinya, mudah di bawa, aman dari serangga, dan tidak mudah basi, sari kurma yg kami kemas di ambil dari sari kurma pilihan sehingga rasanya lebih manis dan tidak seperti kecap di banding sari kurma merk lain, tanpa bahan pengawet (kimia), dan di impor langsung dari Saudi Arabia, RASAKAN BEDANYA….!!!




MAZIDUN Plus adalah Madu,Zait sauda`, Zaitun Plus Ekstrak Jahe merah,Pegagan dan Temulawak merupakan perpaduan 6 bahan alami dari dalam dan luar negri yang menghasilkan rasa dan khasiat yang luar biasa.Herbal terbaik yang digali dari AL QUR`AN DAN AS-SUNNAH yang di sinergikan dengan herbal dalam negri yang rasa dan khasiatnya tak perlu di ragukan lagi,sangat bagus di konsumsi orang tua maupun anak-anak, insya Alloh berkhasiat:

*Meningkatkan stamina,Vitalitas dan daya tahan tubuh terhadap penyakit

*Menyembuhkan Sariawan,Panas dalam dan Radang tenggorokan

*Menyembuhkan Batuk,Pilek,Demam dan sakit kepala/Migrain

*Menyembuhkan Liver,Asthma dan Bronchitis

*Cepat menyembuhkan luka dalam sehabis oprasi

*Menormalkan Asam urat,Darah tinggi,Gula darah dan Kolesterol

*Melindungi sel hati dariberbagai kerusakan akibat racun dan bahan kimia

*Menyembuhkan TBC,Campak,Lepra dan Hepatitis

*Menyembuhkan sakit perut,Cacingan,dan Disentri

*Mengobati Keracunan dan Alergi

*Meningkatkan syaraf memori otak,sehingga tajam dalam berfikir

*Mencegah dan mengobati Kanker/Tumor dan Batu ginjal

*Mengobati keputihan,Melancarkan haid dan meningkatkan produksi ASI

*Menambah Hormon,Meningkatkan kesuburan dan Mencegah ejakulasi dini

*Menambah gairah hubungan suami-istri,dll



MAZIDUN SANGAT BAIK DI KONSUMSI SETELAH TERAPI RUQYAH DAN HIJAMAH/BEKAM




MADU ANAK CERDAS adalah Minuman yang menyehatkan dan mencerdaskan anak-anak anda,yang Mengandung Omega 3,Omega 6 dan Omega 9



Terbuat dari 3 unsur utama thibbunnabawi yaitu: Madu,Minyak habbatussauda` ,dan Minyak zaitun,ditambahkan herbal dalam negri yaitu: ekstrak pegagan dan exstrak Meniran di ramu dengan komposisi yang tepat,sehingga tidak mengurangi rasa madunya yang Lezat,dan disukai anak-anak



Insya Alloh bermanfaat:

*Meningkatkan IQ dan kecerdasan anak

*Menguatkan hafalan

*Membantu perkembangan sel otak dan DHA

*Meningkatkan kekebalan tubuh terhadap segala macam penyakit

*Melindungi sel hati dari berbagai kerusakan akibat racun dan bahan kimia

*Menambah nafsu makan anak

*Mencegah dan mengobati Alergi,batuk,pilek dan demam

*Mengobati sariawan dan panas dalam

*Melancarkan peredaran darah dll



Dep. Kes. RI P-IRT No.209327501529

Jamu Kencing Manis




Berjuta-juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit kencing manis (diabetes). Mereka telah menempuh berbagai macam cara untuk menyembuhkan penyakit tersebut, akan tetapi kegagalan yang mereka temukan, sekalipun telah mengobatinya dengan meminum obat-obatan dan jamu-jamuan. Sehingga mereka harus memotong sebagian tubuhnya.



Namun, sekarang Anda tidak perlu cemas! Jamu kencing manis cap Akar Zaitun ini, insya Allah, dapat membantu Anda atau orang yang Anda kasihi di dalam menyembuhkan penyakit yang berbahaya itu sampai ke akar-akarnya.



Dengan meminum jamu cap Akar Zaitun ini secara rutin, Insya Allah, dalam waktu relatif singkat, penyakit yang Anda derita akan segera hilang total, dan darah Anda tidak mengandung gula berlebih lagi. Jamu ini juga melancarkan sirkulasi darah dan menormalkan hubungan suami isteri menjadi bergairah seperti semula.



Jamu cap Akar Zaitun juga mencegah dan menghambat pertumbuhan sel kanker, kolesterol, asam urat, hipertensi, dan stroke dapatkan disc khusus hingga 50% min pesanan 1karton isi 176 kardus hub abu tanisha di 021-68761458 atau 0818534946

Monday, July 13, 2009


Minyak zaitun dalam kapsul sangat cocok buat anda yang butuh konsumsi minyak zaitun tapi merasa eneg untuk menelannya. Khasiat minyak zaitun sangat banyak. Dengan konsumsi rutin penyakit mematikan seperti Alzheimer, jantung, kanker tak akan berani mendekat.

Dari studi terhadap 605 pria dan wanita yang menderita jantung yang dibagi dua kelompok kelompok dengan diet Laut Tengah dan kelompok yang tak dengan diet ini pada 70 persen dari kelompok pertama bisa tereduksi risiko serangan.
Itulah sebabnya mengapa penderita jantung di Spanyol, dua pertiga lebih rendah ketimbang negara-negara di Eropa Utara.


Khasiat:

  1. Mencegah kanker payudara, kanker kulit, kanker kolon, dan kanker rahim

  2. Menurunkan kolesterol

  3. Mencegah hipertensi

  4. Mengatasi penyakit cacing

  5. Mengurangi resiko serangan jantung



ANDA berminat menjadi agen kami cepat hub abu tanisha 021-68761458 atau sms di 0818534946

Wednesday, May 13, 2009

6 Pilar Dakwah Salafiyah

oleh: Ustadz Syeikh Mudriika Ilyas



Silakan lihat disini

Thursday, April 16, 2009

Pondok Pesantren Al-Ma'had

Alhamdulillah telah hadir pondok pesantren Al-Ma'had di daerah Setu - Bekasi, berikut adalah website Al-Ma'had







Tentang Mahad Al-Ma'had

ARKANUL MA'HAD WA SYU'ABUHU

1. Sumber Daya Manusia
2. Kurikulum
3. Lahan & Bangunan
4. Dana

1.1 SUMBER DAYA MANUSIA
1.1.1 KONSEPTOR
1.1.2 ASATIDZAH; MUDARRIS, MUDARRIB, MURABI.
1.1.3. KHUDDAM
1.1.4. OPM (Organisasi Pelajar Al-Ma'had>
1.1.5. PENGURUS YAYASAN
1.1.6. ASH- HAAB MAJAALIS TA`LIIMIYYAH
1.1.7. RAABITHAH AL- Ma`aahid at- Taabi`ah
1.1.8. WULATUL UMUR

1.1.1 KONSEPTOR, SENTRAL FIGUR, DAN PENANGGUNG JAWAB UTAMA
DISEBUT "ABUL MA'HAD" (AL-USTADZ SYAIKH MUDRIIKA ILYAS, LC)

a. Mempersiapkan konsep Al-Mahad secara global
b. Menjalin hubungan interpersonal dan interinstitusi
c. Mengawal istiqoomah program hingga sistem ... Selengkapnya

Syarat Pendaftaran
  • Mengisi form database umum
  • Mengisi form pernyataan siap tinggal di asrama
  • Membayar uang pendaftaran Rp. 100.000 + biaya pendidikan
  • FC Raport Kelas 1-6 dan ijazah SD/MI bagi pendaftar SMP
  • FC Raport dan Ijazah TK/TPA atau sertifikat prestasi lainnya
  • FC Sertifikat lainnya jika ada

  • FC Kartu Keluarga dan KTP Wali santri/Kafilul Yatim
  • Pas Foto ketika mendaftar


  • Biaya Pendidikan
  • Infaq pengembangan dan pemeliharaan sarana:
    Pilihan(a) Rp. 3.000.000 (b) Rp. 2.500.000 (c) Rp. 1.500.000
  • (Tahunan ): Seragam, Buku Paket, Evaluasi, Audio Visual Aid, dan Perpustakaan Rp. 2.000.000
  • (Bulanan dan SPP): Rp. 450.000
  • Perangkat Kamar Tidur Rp. 450.000


  • Waktu Pendaftaran - Orientasi ke-Ma'hadan
  • Pendaftaran dapat dilakukan melalui www.mahaduna.com atau sekretariat Al-Ma'had
  • Waktu pendaftaran tgl. 1 April s/d 31 Mei 2009
  • Tes penyetaraan dan klasifikasi tgl. 1 Juni 2009
  • Pengumuman dan penempatan tgl. 2 Juni 2009
  • Orientasi wali santri dan pembentukan POS (persatuan orangtua santri) tgl. 3 Juni 2009
  • Orientasi santri baru dan pembentukan OSAMA (Organisasi Santri Al-Ma'had) tgl 4 - 10 Juni 2009
  • Matrikulasi dan seleksi bakat dan minat tgl. 11 - 26 Juni 2009
  • KBM formal mulai 29 Juni 2009
  • Ciri-ciri dan hujjah Khawarij Gaya Baru

    Setelah berdialog dengan orang takfirin pekan lalu, ana menyimpulkan bahwa:
    1. Mereka berbicara berdasarkan Al-Qur'an, namun menggunakan pemahaman mereka sendiri, sehingga kita harus berhati-hati agar tidak terjebak dengan ancaman-ancaman bahwa menafikkan sebagian bahkan seluruh ayat Al-Qur’an adalah Kafir. Maka dalam sebuah dialognya, setelah mereka membacakan ayat-ayat yang berhubungan dengan Kafirnya seseorang yang tidak berhukum dengan hukum Allah, mereka memberikan pernyataan kepada kita dengan kata-kata seperti ini “Anda membenarkan dengan ayat ini?” atau “Apakah anda setuju dengan ayat ini?” atau dengan pernyataan-pernyataan semisalnya.
      Maka jangan terburu untuk membenarkan apa yang mereka pahami, tapi benarkan apa yang mereka baca, karena dalam menafsirkan sebuah nash kita mengikuti pemahaman Salafusholeh.
    1. Mereka memfokuskan kalimat “Berhukum kepada selain hukum Allah adalah Kafir” dengan masalah kepemimpinan dalam hal ini status kepemerintahan.

    2. Mereka menyodorkan kepada kita perkataan-perkataan ulama Salaf dan ulama Sunnah Kontemporer yang mengatakan bahwa “Berhukum kepada selain hukum Allah adalah Kafir”.
      Maka dalam hal ini kita membenarkan apa yang dikatakan oleh para ulama tersebut karena mereka menyampaikan QS Al-Maidah [44], tapi dalam masalah ini ada fatwa-fatwa ulama yang patut kita berkiblat kepada mereka dalam memutuskan suatu perkara, bukan dengan membenarkan apa yang mereka sodorkan dengan pemahaman mereka.
    1. Mereka selalu membatasi pertanyaan kita, membatasi dengan pernyataan bahwa “pertanyaan kita adalah pertanyaan masalah furu’ dimana hal tersebut tidak mengeluarkan pelakunya dari Islam”. Dalam hal ini pertanyaan dalam hal cara dakwah mereka.
      Sebagai contoh bahwa salah satu pembatal keislaman adalah “Barangsiapa yang berkeyakinan bahwa ada petunjuk yang lebih sempurna dari petunjuk nabi shalallahu alaihi wassallam atau berkeyakinan bahwa ada hukum yang lebih baik dari hukum nabi shalallahu alaihi wassallam sebagaimana orang yang lebih mengutamakan hukum thogut diatas hukum Nabi shalallahu alaihi wassallam, maka dia telah kafir”, saat kita tanyakan masalah perintah-perintah Rasulullah mengenai rapatkan shof, isbal dan jenggot contohnya, yang mana mereka abaikan dalam mendakwahkan hal tersebut dikeluarganya atau lingkungannya, mereka menganggap dan menertawakan bahwa kita mencampurkan antara yang ushul dan yang furu’.
    1. Mereka tidak paham masalah-masalah furu’ yang berkaitan dengan lingkup dakwah mereka.
      Contoh, jika mereka giat dalam menegakkan hukum Allah di dalam hal kepemerintahan, maka ana tanyakan kepada mereka bagaimana pelaksanaan kepemerintahan Islam tersebut, mereka ternyata belum paham mengenai itu, kita tanyakan mengenai penetapan hukum Allah adalah pencuri itu dipotong tangannya, wanita/laki-laki yang berzina setelah memiliki suami atau istri dihukum dengan dirajam hingga mati, maka bagaimana memotong tangan pencuri tersebut, apa syarat-syaratnya? Bagaimana taubatnya wanita/laki-laki yang berzina tersebut, ternyata mereka tidak tahu.
    1. Ilmu melahirkan amalan, namun mereka berhujjah dengan kisah seseorang yang bertanya kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, aku ingin pergi berjihad, apakah aku harus masuk Islam dulu atau berjihad dulu, maka Rasulullah berkata, masuklah Islam kemudian berjihad”, kemudian mereka menyatakan bahwa orang tersebut tidak punya amalan apapun sebelumnya tapi sudah disuruh berjihad. Dalam hal ini juga ana belum pastikan apakah hadist tersebut shohih atau dhoif atau bahkan maudu’.

    2. Mereka meremehkan dosa-dosa kecil atau bahkan dosa-dosa besar, karena menurut mereka dosa-dosa tersebut tidak menyebabkan orang jatuh dalam kesyirikan, dan mereka menganggap hal furu’ itu tidak menjadikan orang jatuh ke dalam kesyirikan sehingga mereka mengabaikan hal tersebut.
      Contoh, yang penting jihad walaupun perokok, yang penting jihad walau masih isbal, masih memotong jenggot. Padahal Ilmu melahirkan amalan, contoh jika sudah mengetahui hukum mengenai isbal maka wajib meninggalkan isbal dalam hal apapun walaupun diluar sholat. Karena Allah tidak akan melihat orang-orang yang berjalan di muka bumi ini dalam keadaan sombong, dan laki-laki yang menurunkan pakaiannya dibawah mata kaki adalah sombong.
    1. Mereka mentahdzir ulama, mereka menganggap ulama juga manusia, jadi jika salah adalah wajar, mereka menafikkan fatwa ulama yang tidak menjatuhkan vonis kafir kepada seseorang yang tidak berhukum dengan hukum Allah.

    2. Mereka lebih mendengarkan fatwa mujahid atau orang-orang yang mereka anggap sebagai ulama yang menjatuhkan vonis kafir kepada orang-orang yang berhukum selain hukum Allah daripada ulama yang secara tegas menjelaskan tingkatan-tingkatan kekafiran lebih detail dan tidak langsung mengkafirkan orang begitu saja.

    3. Mereka tidak menganggap dirinya Khawarij, karena khawarij yang mereka pahami adalah khawarij di jaman pemerintahan ‘Ali bin Abu Tholib. Mereka mempertanyakan jika ciri-ciri khawarij itu memberontak kepada pemerintahan yang sah maka, pihak Mu’awiyah dikatakan khawarij juga, karena memberontak kepada pemerintahan ‘Ali yang sah.

    4. Mereka tidak menganggap bahwa pemerintahan Indonesia ini sah, karena pemerintahan Indonesia tidak berhukum kepada hukum Allah, masih menggunakan demokrasi. Dan mereka sah memberontak kepada pemerintahan Indonesia, sehingga kembali kepada poin 10, bahwa mereka tidak menganggap dirinya Khawarij.

    5. Mereka sangat berani dan berkeyakinan benar dalam berdialog, karena mereka bicara berdasarkan Al-Qur’an, namun mereka berpaham berdasarkan pemahaman mereka sendiri. Jika dalam bahasa jawa mereka itu saklek, kata dengan huruf ka fa ra mereka artikan kafir tanpa menelaah arti sesungguhnya.
    oleh: Abu Tanisha
    hasil dialog dengan seseorang yang beraqidah khawarij, dimana dialog ini dimulai dari perginya mereka dari masjid tempat kami menjalankan sholat berjama'ah (mereka meninggalkan kami dalam keterasingan dalam penegakan tauhid dan sunnah)

    Wednesday, February 18, 2009

    HAKIKAT JIHAD

    Oleh
    Ustadz Abu Qatadah



    Jihad merupakan puncak kekuatan dan kemuliaan Islam. Orang yang berjihad akan menempati kedudukan yang tinggi di surga, sebagaimana juga memiliki kedudukan yang tinggi di dunia

    Secara umum, hakikat jihad mempunyai makna yang sangat luas. Yaitu, berjihad melawan hawa nafsu, berjihad melawan setan, dan berjihad melawan orang-orang fasik dari kalangan ahli bid’ah dan maksiat. Sedangkan menurut syara’ jihad adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi orang kafir. [Lihat Fathul Bari 6/77]

    Sehingga dapat disimpulkan, jihad itu meliputi empat bagian :
    Pertama : Jihad melawan hawa nafsu
    Kedua : Jihad melawan setan
    Ketiga : Berjihad melawan orang-orang fasik, pelaku kezhaliman, pelaku bid’ah dan pelaku kemungkaran.
    Keempat : Jihad melawan orang-orang munafik dan kafir

    Jihad melawan hawa nafsu, meliputi empat masalah :
    Pertama : Berjihad melawan hawa nafsu dalam mencari dan mempelajari kebenaran agama yang haq.
    Kedua : Berjihad melawan hawa nafsu dalam mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
    Ketiga : Berjihad melawan hawa nafsu dalam mendakwahkan ilmu dan agama yang haq.
    Keempat : Berjihad melawan hawa nafsu dengan bersabar dalam mencari ilmu, beramal dan dalam berdakwah.

    Adapun berjihad melawan setan dapat dilakukan dengan dua cara :
    Pertama : Berjihad melawan setan dengan menolak setiap apa yang dilancarkan setan yang berupa syubhat dan keraguan yang dapat mencederai keimanan
    Kedua : Berjihad melawan setan dengan menolak setiap apa yang dilancarkan setan dan keinginan-keinginan hawa nafsu yang merusak.

    Sedangkan berjihad melawan orang-orang fasik, pelaku kezhaliman, pelaku bid’ah dan pelaku kemungkaran, meliputi tiga tahapan. Yaitu dengan tangan apabila mampu. Jika tidak mampu, maka dengan lisan. Dan jika tidak mampu juga, maka dengan hati, yang setiap kaum muslimin wajib melakukannya. Yaitu dengan cara membenci mereka, tidak mencintai mereka, tidak duduk bersama mereka, tidak memberikan bantuan terhadap mereka, dan tidak memuji mereka. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

    “Tiga perkara ; barangsiapa yang pada dirinya terdapat tiga perkara ini, maka dia akan mendapatkan kelezatan iman ; Allah dan RasulNya lebih dicintai daripada yang lainnya, ia mencintai seseorang hanya karena Allah dan dia benci kembali kepada kekafiran setelah diselamatkan oleh Allah darinya, sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka” [HR Bukhari dan Muslim]

    “Barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah, maka dia berarti telah sempurna imannya” [HR Abu Dawud]

    “Barangsiapa membuat perkara yang baru atau mendukung pelaku bid’ah, maka dia terkena laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia” [HR Bukhari dan Muslim]

    Berjihad melawan orang fasik dengan lisan merupakan hak orang-orang yang memiliki ilmu dan kalangan para ulama yaitu dengan cara menegakkan hujjah dan membantah hujjah mereka, serta menjelaskan kesesatan mereka, baik dengan tulisan ataupun dengan lisan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan : “Yang membantah ahli bid’ah adalah mujahid” [Lihat Al-Fatawa 4/13]

    Syaikhul Islam juga mengatakan : “Apabila seorang mubtadi menyeru kepada aqidah yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, atau menempuh manhaj yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, dan dikhawatirkan akan menyesatkan manusia, maka wajib untuk menjelaskan kesesatannya, sehingga orang-orang terjaga dari kesesatannya dan mereka mengetahui keadaannya” [Lihat Al-Fatawa 28/221]

    Oleh karena itu, membantah ahli bid’ah dengan hujjah dan argumentasi, menjelaskan yang haq, serta menjelaskan bahaya aqidah ahli bid’ah, merupakan sesuatu yang wajib, untuk membersihkan ajaran Allah, agamaNya, manhajNya, syari’atNya. Dan berdasarkan kesepakatan kaum muslimin, menolak kejahatan dan kedustaan ahli bid’ah merupakan fardu kifayah. Karena seandainya Allah tidak membangkitkan orang yang membantah mereka, tentulah agama itu akan rusak. Ketahuilah, kerusakan yang ditimbulkan dari perbuatan mereka, lebih berbahaya daripada berkuasanya orang kafir. Karena kerusakan orang kafir dapat diketahui oleh setiap orang, sedangkan kerusakan pelaku bid’ah hanya diketahui oleh orang-orang alim.

    Adapun berjihad melawan orang fasik dengan tangan, maka ini menjadi hak bagi orang-orang yang memiliki kekuasaan atau Amirul Mukminin, yaitu dengan cara menegakkan hudud (hukuman) terhadap setiap orang yang melanggar hukum-hukum Allah dan RasulNya. Sebagaimana pernah dilakukan Abu Bakar dengan memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat, Ali bin Abi Thalib memerangi orang-orang Khawarij dan orang-orang Syi’ah Rafidhah.

    Bagaimana dengan berjihad melawan orang-orang munafik dan kafir ? Al-Imam Ibnu Qayyim menyatakan, jihad memerangi orang kafir adalah fardhu ‘ain ; dia berjihad dengan hatinya, atau lisannya, atau dengan hartanya, atau dengan tangnnya ; maka setiap muslim berjihad dengan salah satu di antara jenis jihad ini. [Lihat Zadul Ma’ad 3/64]

    Akan tetapi, berjihad memerangi orang kafir dengan tangan hukumnya fardhu kifayah, dan tidak menjadi fardhu ‘ain, kecuali jika terpenuhi salah satu dari empat syarat berikut ini :

    Pertama : Apabila dia berada di medan pertempuran.
    Kedua : Apabila negerinya diserang musuh.
    Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan ; “Apabila musuh telah masuk menyerang sebuah negara Islam, maka tidak diragukan lagi, wajib bagi kaum muslimin untuk mempertahankan negaranya dan setiap negara yang terdekat, kemudian yang dekat, karena negara-negara Islam adalah seperti satu negara” (Al-Ikhtiyarat : 311) Jihad ini dinamakan Jihad Difa’.
    Ketiga : Apabila diperintah oleh Imam (Amirul Mukminin) untuk berperang.
    Keempat : Apabila dibutuhkan, maka jihad menjadi wajib. [Lihat al-Mughni, Al-Majmu’, Zaadul Mustaqni]

    Adapun disyariatkan jihad melawan orang kafir (dengan tangan), melalui tiga tahapan.

    Pertama : Diizinkan bagi kaum muslimin untuk berperang dengan tanpa diwajibkan. Allah berfirman.

    “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” [Al-Hajj : 39]

    Kedua : Perintah untuk memerangi setiap orang kafir yang memerangi kaum mulimin. Allah berfirman.

    “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-Baqarah : 190]

    Ketiga : Perintah untuk memerangi seluruh kaum musyrikin sehingga agama Allah tegak di muka bumi.

    “Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya ; dan ketahuiilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa” [At-Taubah : 36]

    Tahapan yang ketiga ini tidak dimansukh, sehingga menjadi ketetapan wajibnya jihad sampai hari kiamat. Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata : “Marhalah (tahapan) yang ketiga ini tidak dimansukh, tetap wajib sesuai dengan kondisi kaum muslimin” [Fadlu Al-Jihad Wal Mujahidin, 2 : 440]

    Demikian secara singkat hakikat jihad berserta tahapan-tahapan perintah tersebut. semua ini harus dipahami oleh kaum muslimin, sehingga dalam menetapkan jihad, sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi. Wallahu a’lam

    [Disalin dari Majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun IX/1426H/2005M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Almat Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183. telp. 0271-5891016]

    [Disalin kembali dari http://almanhaj.or.id untuk dakwah dan memudahkan manusia dalam memahami judul diatas]

    METODE SALAF DALAM MENERIMA ILMU

    Oleh
    Syaikh Abdul Adhim Badawi


    "Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [Al-Ahzab : 36]

    Dari fenomena yang tampak pada saat ini, (kita menyaksikan) khutbah-khutbah, nasehat-nasehat, pelajaran-pelajaran banyak sekali, melebihi pada zaman para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, tabi'in (orang-orang yang berguru kepada para sahabat) serta tabiut tabiin (orang-orang yang berguru kepada tabi'in). Namun bersamaan itu pula, amal perbuatan sedikit. Sering kali kita mendengarkan (perintah Allah dan RasulNya) namun, sering juga kita tidak melihat ketaatan, dan sering kali kita mengetahuinya, namun seringkali juga kita tidak mengamalkan.

    Inilah perbedaan antara kita dan sahabat-sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tabiin dan tabiut tabiin yang mereka itu hidup pada masa yang mulia. Sungguh pada masa mereka nasehat-nasehat, khutbah-khutbah dan pelajaran-pelajaran sedikit, hingga berkata salah seorang sahabat.

    "Artinya : Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala memberikan nasehat mencari keadaan dimana kita giat, lantaran khawatir kita bosan" [Muttafaqun Alaihi]

    Di zaman para sahabat dahulu sedikit perkataan tetapi banyak perbuatan, mereka mengetahui bahwa apa yang mereka dengar dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam wajib diamalkan, sebagaimana keadaan tentara yang wajib melaksanakan komando atasannya di medan pertempuran, dan kalau tidak dilaksanakan kekalahan serta kehinaanlah yang akan dialami.

    Para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dahulu, menerima wahyu Allah 'Azza wa Jalla dengan perantaraan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sikap mendengar, taat serta cepat mengamalkan. Tidaklah mereka terlambat sedikitpun dalam mengamalkan perintah dan larangan yang mereka dengar, dan juga tidak terlambat mengamalkan ilmu yang mereka pelajari dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.

    Inilah contoh yang menerangkan bagaimana keadaan sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala mendapatkan wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla. Para ahli tafsir menyebutkan tentang sebab turunnya ayat dalam surat Al-Ahzab ayat 36 ini (dengan berbagai macam sebab) , saya merasa perlu untuk menukilnya, inilah sebab turunnya ayat itu :

    Para ahli tafsir meriwayatkan, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menginginkan untuk menghancurkan adanya perbedaan-perbedaan tingkatan (kasta) di antara manusia, dan melenyapkan penghalang antara fuqara (orang-orang fakir) dan orang-orang kaya. Dan juga antara orang-orang yang merdeka (yaitu bukan budak dan bukan pula keturunannya), dengan orang-orang yang (mendapatkan nikmat Allah 'Azza wa Jalla) menjadi orang merdeka sesudah dulunya menjadi budak.

    Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin menerangkan kepada manusia bahwa mereka semua seperti gigi yang tersusun, tidak ada keutamaan bagi orang Arab terhadap selain orang Arab, dan tidak ada keutamaan atas orang yang berkulit putih terhadap yang berkulit hitam kecuali ketaqwaan (yang membedakan antara mereka). Sebagaimana firman Allah 'Azza wa Jalla.

    "Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" [Al-Hujurat : 13]

    Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menanamkan dalam hati manusia mabda' (pondasi) ini. Dan barangkali, dalam keadaan seperti ini, perkataan sedikit faedah dan pengaruhnya, yang demikian itu disebabkan karena fitrah manusia ingin menonjol dan cinta popularitas. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berpendapat untuk menanamkan pondasi ini dalam jiwa-jiwa manusia dalam bentuk amal perbuatan (yang beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam wujudkan) dalam lingkungan keluarga serta kerabat beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam. Hal ini dikarenakan amal perbuatan lebih banyak memberi kesan dan pengaruh yang mendalam dalam hati manusia, dari hanya sekedar berbicara semata.

    Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi kepada Zainab binti Jahsiy anak perempuan bibi beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam (kakek Zainab dan kakek Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sama yaitu Abdul Mutthalib seorang tokoh Quraisy) untuk meminangnya. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam ingin mengawinkannya dengan budak beliau Zaid bin Haritsah yang telah diberi nikmat Allah menjadi orang merdeka (lantaran dibebaskan dari budak). Lalu tatkala beliau menyebutkan bahwa beliau akan menikahkan Zaid bin Haritsah dengan Zainab binti jahsiy, berkatalah Zainab binti Jahsiy : "Saya tidak mau menikah dengannya". Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Engkau harus menikah dengannya". Dijawab oleh Zainab : "Tidak, demi Allah, selamanya saya tidak akan menikahinya".

    Ketika berlangsung dialog antara Zainab dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, Zainab mendebat dan membantah beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian turunlah wahyu yang memutuskan perkara itu :

    "Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [Al-Ahzab : 36]

    Kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam membacakan ayat tersebut kepada Zainab, maka berkatalah Zainab : "Ya Rasulullah ! apakah engkau ridha ia menjadi suamiku ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya", maka Zainab berkata : "Jika demikian aku tidak akan mendurhakai Allah dan RasulNya, lalu akupun menikah dengan Zaid".

    Demikianlah Zainab binti Jahsiy menyetujui perintah Allah dan RasulNya, dan hanyalah keadaannya tidak setuju pada awal kalinya, lantaran Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanyalah menawarkan dan bermusyawarah dengannya. Maka tatkala turun wahyu, perkaranya bukan hanya perkara nikah atau meminang, setuju atau tidak setuju, tetapi (setelah turunnya wahyu), perkaranya berubah menjadi ketaatan atau bermaksiat kepada Allah dan RasulNya.

    Tidak ada jalan lain didepan Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha (semoga Allah meridhainya), melainkan harus mendengar dan taat kepada Allah dan RasulNya, dan kalau tidak taat maka berarti telah durhaka kepada Allah dan RasulNya, sedangkan Allah berfirman.

    "Artinya : Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata" [Al-Ahzab : 36]

    Demikianlah , sikap para sahabat Nabi dahulu tatkala menerima wahyu dari Allah 'Azza wa Jalla, adapun kita (berbeda sekali), tiap pagi dan petang telinga kita mendengarkan perintah-peritah serta larangan-larangan Allah dan RasulNya, akan tetapi seolah-olah kita tidak mendengarkannya sedikitpun. Dan Allah Jalla Jalaluhu telah menerangkan bahwa manusia yang paling celaka adalah manusia yang tidak dapat mengambil manfaat suatu nasehat, Allah berfirman.

    "Artinya : Oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup" [Al-A'la : 9-13]

    Dan Allah 'Azza wa Jalla menyebutkan keadaan orang munafik tatkala mereka hadir dalam majelis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka hadir dengan hati yang lalai.

    "Artinya : Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka ; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?" [Al-Munafiqun : 4]

    Lalu tatkala bubar dari majelis, mereka tidak memahami sedikitpun, Allah berfirman.

    "Artinya : Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang lebih diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi) : 'Apakah yang dikatakan tadi ?' Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka" [Muhammad : 16]

    Takutlah terhadap diri-diri kalian ! (wahai hamba Allah), dari keadaan yang terjadi pada orang-orang munafik, berusaha dan bersemangatlah untuk bersikap sebagaimana para sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketahuilah ! sebagaimana Allah 'Azza wa Jalla telah mencela orang-orang yang berpaling dan lalai, sungguh Allah 'Azza wa Jalla memuji orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu memahami seperti yang dimaksud oleh Allah 'Azza wa Jalla, lalu mengamalkannya, Allah 'Azza wa Jalla berfirman.

    "Artinya : Sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hambaKu, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal" [Az-Zumar : 17-18]

    Ketahuilah wahai hamba Allah yang muslim, bahwa tidak ada pilihan bagi kalian terhadap perintah Allah yang diperintahkan kepadamu ! tidak ada lagi pilihan bagimu ! baik engkau kerjakan ataupun tidak.

    Tidak ada lagi pilihan bagimu terhadap larangan Allah 'Azza wa Jalla yang engkau dilarang darinya ! baik engkau tinggalkan ataupun tidak ! Engkau dan apa yang engkau miliki semuanya adalah milik Allah 'Azza wa Jalla engkau hamba Allah, dan Allah 'Azza wa Jalla adalah tuanmu. Bagi seorang hamba, hendaknya mencamkan dalam dirinya untuk mendengar dan taat kepada perintah tuannya, sekalipun perintah itu nampak berat atas dirinya. Dan kalau tidak taat, tentu akan mendapatkan murka dari majikannya.

    Dan Allah 'Azza wa Jalla telah meniadakan keimanan dari orang-orang yang tidak ridha dengan hukumNya dan tidak tunduk kepada RasulNya dan perintah RasulNya, Allah berfirman.

    "Artinya : Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nayata" [Al-Ahzab : 36]

    Sesudah itu, hendaklah anda (wahai para pembaca yang mulia) bersama dengan saya memperhatikan perbandingan ini :

    Kita tadi telah mengatakan : Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pergi ke Zainab binti Jahsiy Radhiyallahu 'anha untuk meminangnya bagi Zaid bi Haritsah. Awalnya Zainab menolak, karena pinangan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam hanya bersifat menolong semata, (bukan perintah). Maka tatkala turun ayat, berubahlah perkaranya menjadi perintah untuk taat (kepada Allah dan RasulNya).

    Tidak ada keleluasaan bagi zainab binti Jahsiy sesudah turunnya ayat itu, kecuali (harus) mendengar dan taat. Dan kalaulah perkaranya hanya menolong semata, tentu Zainab binti Jahsiy berhak menolak (jika tidak setuju), karena seorang wanita berhak memilih calon suami, sebagaimana lelaki memilih calon istri, dan inilah yang terjadi pada kisah Barirah :

    Dan kisahnya Barirah adalah sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari : "Bahwa 'Aisyah Ummul Mu'minin Radhiyallahu 'anha membeli seorang budak bernama Barirah, lalu 'Aisyah memerdekakannya. Barirah ini mempunyai suami bernama Mughis (dan ia juga seorang budak). Maka tatkala dimerdekakan Barirah mempunyai hak untuk memilih, apakah ia tetap berdampingan dengan suaminya (yang seorang budak), atau bercerai. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberikan pilihan baginya. Ternyata Barirah memilih untuk bercerai dengan suaminya.

    Adapun suaminya, sungguh sangat mencintainya dengan kecintaan yang sangat. Hingga tatkala Barirah memilih bercerai dengannya, ia berjalan-jalan di belakang Barirah di kampung-kampung kota Madinah dalam keadaan menangis. Maka tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melihat keadaannya itu, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada paman beliau Abbas : "Tidakkah engkau heran terhadap kecintaan Mughis kepada Barirah ? sedang Barirah tidak menyukai Mughis ?" Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Barirah : "Wahai Barirah, mengapa engkau tidak kembali kepada sumimu?" sesungguhnya ia adalah suamimu dan ayah dari anak-anakmu!" Maka Barirah berkata : "Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah atau hanya mengajurkan saja ?"

    Allahu Akbar !! perhatikanlah wahai para pembaca pertanyaan Barirah ini !! Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintah ? Sehingga aku tidak berhak menyelisihi perintahmu ? atau engkau hanya menganjurkan saja sehingga aku boleh berpendapat dengan pikiranku? Rasululah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Aku hanya mengajurkan saja !". Barirah berkata : "Aku tidak membutuhkan suamiku lagi !!"

    Disini kami berkata : "Pertama kali Zainab binti Jahsiy menolak untuk menikah dengan Zaid bin Haritsah, karena masalahnya hanyalah anjuran semata, maka tatkala turun wahyu perkaranya berubah menjadi ketaatan atau maksiat.

    Zainab binti Jahsiy berkata : "Wahai Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apakah engkau meridhai aku menikah dengannya ?" Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Ya". Jika demikian aku tidak akan mendurhakai Allah dan RasulNya.

    Dan juga terhadap Barirah, tatkala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menawarkan agar ia kembali kepada suaminya, ayah dari anak-anaknya yang tidak dapat bersabar untuk berpisah dengannya, Barirah meminta penjelasan : "Apakah engkau menyuruhku wahai Rasulullah ?" Sehingga tidak ada keleluasaan bagiku kecuali harus mendengar dan taat ? Maka tatkala Rasulullah bersabda : "Aku hanya menganjurkan" berkatalah Barirah : "Aku tidak membutuhkannya lagi".

    Demikianlah adab para Sahabat terhadap Allah dan Rasulnya, serta beragama karena Allah dan RasulNya dengan sikap mendengar dan taat, maka Allah menguasakan kepada mereka dunia ini, dan masuklah manusia ditangan mereka kepada agama Allah secara berbondong-bondong. Adapun kita, tatkala tidak beradab kepada Allah dan RasulNya, kita bimbang dan menimbang-nimbang antara perintah dan larangan-laranganNya (kita kerjakan atau tidak kita kerjakan), maka jadilah keadaan kita ini sebagaimana yang kita saksikan saat ini, maka demi Allah, kepadaNya-lah kalian mohon pertolongan, wahai kaum muslimin !

    "Artinya : Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)" [Az-Zumar : 54]

    "Artinya : Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung" [An-Nuur : 31]

    [Disalin dari Majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyah Edisi : Th. 1/No. 04/ 2003 - 1424H, Diterbitkan : Ma'had Ali Al-Irsyad surabaya. Alamat Redaksi Perpustakaan Bahasa Arab Ma'had Ali Al-Irsyad, Jl Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]

    [Disalin kembali dari http://almanhaj.or.id untuk sarana dakwah dan memudahkan manusia dalam memahami judul diatas]

    Thursday, January 22, 2009

    Kafir Tanpa Sadar



    Judul Buku : Kafir Tanpa Sadar
    Penulis : Abdul Qadir bin Abdul Aziz
    Penerbit : Media Islamika, Solo
    Pengantar : Al-Ustadz Abu Bakar Ba'asyir
    Penerjemah : Abu Musa Ath-thayyar
    Cetakan Pertama 2006
    ---
    Ustaz Abu Bakar Ba'asyir, Pengasuh Ponpes Al Mukmin Ngruki, Solo. Testimoni beliau adalah :

    "saya menganjurkan pada umat Islam untuk membaca buku ini dengan benar, terutama para pelajar dan mahasiswa, baik pesantren, madrasah, maupun sekolah umum, sehingga mereka memahami benar perbedaan antara iman dan kafir. Sebab ini merupakan persoalan yang sangat penting dan mendesak. Sehingga kami pun menjadikan buku ini sebagai kajian Rutin di pondok".
    ---
    Buku Ini Mengusung Faham Khawarij
    Berkata Penulis pada halaman 64 : ”Pedoman umum : sesungguhnya, semua kata kafir yang diungkapkan dengan isim yang ber-alif ta’rif.. maksudnya adalah akbar ..”
    Jawaban Menurut Pandangan Ulama : Perkataan penulis berbenturan dengan sebagian atsar yang datang dari para sahabat yang di dalamnya menyifati sebagian dosa-dosa dengan lafadz kufur yang menggunakan alif dan lam ta’rif, bersamaan dengan itu dosa-dosa tersebut dianggap kufur ashghor dengan kesepakatan para ulama ahli Sunnah, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhari di dalam Shahihnya 5273 dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma yang di dalamnya istri Tsabit bin Qois berkata :“Dan akan tetapi aku membenci kekufuran di dalam Islam’’ Dia maksudkan mengkufuri suami.
    Sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam Fathul bari 9/400 Demikian juga diriwayatkan oleh Nasa’i rahimahullah di dalam Sunan Kubro (118 Isyrotun Nisa) dan Abdurrazzaq di dalam Mushannaf : 20953 dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya dia berkomentar tentang mendatangi wanita di duburnya “ Itu adalah kekufuran’ dan sanadnya adalah kuat sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah di dalam Talkhishul Habir 3/181.Kedua atsar di atas lafadz kufur menggunakan alif dan lam ta’rif dalam keadaan maksudnya adalah kufur ashghor.
    Kemudian dalam memahami Firman Allaah Ta'ala :
    “Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” [Al-Ma’idah : 44] [At-Tamhid 17/16]

    Kemudian penulis berkata pada hlm. 216 : “Sesungguhnya ayat tersebut bersifat umum, mencakup semua orang yang tidak memutuskan hukum dengan hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena, ayat tersebut menggunakan man syarthiyyah (barangsiapa atau siapa saja yang berfungsi sebagai syarat) yang merupakan bentuk kalimat paling umum..”

    Jawaban : Jika diambil keumuman ayat ini maka konsekwensinya adalah mengkafirkan kaum muslimin di dalam setiap kasus yang mereka tidak adil di dalamnya, termasuk seorang bapak terhadap anak-anaknya, bahkan seseorang terhadap dirinya sendiri jika dia maksiat kepada Rabbnya ; karena tatkala dia maksiat kepada Rabbnya maka saat itu dia tidak berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Padahal banyak sekali dalil-dalil yang menunjukkan bahwa sekedar kemaksiatan tidaklah menjadikan pelakunya kafir seperti firman Allah.“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya” [Al-Hujurat : 9]

    Maka nash-nash yang menunjukkan tidak kafirnya setiap pelaku kemaksiatan adalah yang memalingkan kufur akbar dalam ayat di atas kepada kufur ashghor, karena itulah maka para ulama sepakat tidak mengambil keumuman ayat ini, berbeda dengan orang-orang Khawarij yang memakai keumuman ayat ini di dalam mengkafirkan para pelaku dosa dan kemaksiatan tanpa melihat kepada dalil-dalil yang lain yang memalingkan ayat ini dari keumumannya.

    Al-Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata : “Telah sesat sekelompok ahli bida’ dari Khawarij dan Mu’tazilah dalam bab ini, mereka berargumen dengan ayat-ayat di dalam Kitabullah yang tidak atas dhahirnya seperti firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
    “Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir” [Al-Ma’idah : 44] [At-Tamhid 17/16]

    Beliau juga berkata : “Para ulama sepakat bahwa kecurangan dalam menghukumi termasuk dosa-dosa besar bagi seorang yang sengaja melakukannya dalam keadaan mengetahui hukumnya ..’ [At-Tamhid 5/74-75]

    ---
    Dan Benar saja buku ini adalah virus yang mematikan, karena banyak kaum muslimin yang dengan mudah mengkafirkan para pelaku maksiat, mengkafirkan pemerintah, dan dengan mudah Ngebom sana Ngebom Sini. Bahkan yang tukang Ngebom mereka panggil Syaikh!!? Yang ngebom Bali mereka panggil-panggil Syaikh/Mujahid/Tentara Allah. ?? Ironi!

    another tema :
    Suatu saat, beberapa tahun yang lalu. Aku ikut dengan Tabligh Akbar FPI dikota Solo. Sang Orator ulung, Al-Ustadz Habib Rizieq menjelaskan dengan suara lantang "Siapa saja yang tidak mau menerapkan syari'at Islam di Indonesia! maka matinya tak usah disholatkan! (Kafir)".
    Tabligh Akbar itu juga dihadiri Al-Ustadz Abu Bakar Ba'asyir.

    Kemudian saat dirumah, aku tanya pada Adikku yang memang bandel. "Apa kamu setuju jika Syari'at Islam diterapkan di Indonesia?" dia bilang "Jangan, ntar terjadi Talibanisasi!"
    Lantas aku bingung "Adikku ini jadi kafir ndak ya?!", trus aku tanya sama teman-temanku, tetangga, saudara-saudaraku yang lain. Alhasil " Wah... Banyak banget orang Islam yang telah jadi Kafir!"

    Alhamdulillaah metode ini tidak tepat sama sekali untuk menghukumi pelaku maksiat dan yang menolak ditegaknya hukum Allah menjadi Kafir. Karena setelah berkenalan dengan Manhaj Salaf... menjadi teranglah jalan itu. Hujjah dan Dalil yang Adil. Dan memang benar Manhaj Salaf itu Rahmat yang penuh dengan Ilmu.

    dicopy dari http://akuberusaha.blogspot.com/2008/11/bedah-buku-kafir-tanpa-sadar_03.html, untuk saran dakwah