السلام عليكم ورحمة الله وبركاته


Friday, September 26, 2008

Harap dan Takut dari selain Allah??

“Renungkan !!! Penerbangan Terakhir kita bukan di PESAWAT AIRLINE tapi KRANDA yang Dipandu Manusia, bekal kita bukan UANG / HARTA tapi AMAL & IBADAH, baju yang kita pakai bukan merk LEVIS tapi kain KAFAN, yang melayani kita bukan PRAMUGARI tapi MALAIKAT MUNGKAR NAKIR, pendaratan kita bukan di JEPANG atau USA tapi KUBURAN, parpor kita bukan INA tapi AL - ISLAM, tempat tidur kita bukan SPRINGBED tapi TANAH. sebarkan ini ke 15 orang insya ALLAH anda akan mendapatkan keberuntungan yang tiada kira, tapi bila tidak menyebarkan ini akan mendapatkan kesulitan yang tiada akhir. terima kasih. (cuma nerusin saya mah)...”

Begitulah pesan-pesan yang seringkali kita dapati di Yahoo Messenger ataupun e-mail, dan banyak orang mereply tulisan tersebut dengan keyakinan bahwa janji-janji atau ancaman yang ada pada akhir kalimatnya itu berkhasiat.

Sadar atau tidak, setiap orang yang menerima pesan tersebut tergoda untuk mengirimkannya kembali ke orang lain. Bagaimanapun dalih mereka, secara tidak sengaja mereka takut akan sebuah kalimat, takut akan tulisan-tulisan, takut akan ancaman-ancaman yang entah darimana sumbernya, dan juga berharap daripadanya (tulisan-tulisan tersebut).

Padahal Allah subbahanahuwata’alla berfirman di surah Al-Fatihah [5]
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya Engkaulah yang kami sembah1, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan2”

Allah yang kita sembah dan hanya kepadanya kita memohon dan meminta perlindungan, termasuk didalamnya adalah takut dan harap hanya kepada Allah, bukan kepada tulisan yang mengharuskan menyebarkan ke 10 orang, 15 orang dan sebagainya untuk mendapatkan kebaikan, dan tidaklah kita mendapatkan kesulitan jika Allah tidak menghendaki kesulitan tersebut. Dan bukanlah manusia yang menentukan kebaikan dan kesulitan tersebut.

Dan di Al-Baqarah [108]
أَمْ تُرِيدُونَ أَنْ تَسْأَلُوا رَسُولَكُمْ كَمَا سُئِلَ مُوسَى مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَتَبَدَّلِ الْكُفْرَ بِالإيمَانِ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ
“Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? Dan barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus”3

Dari dua ayat tersebut di atas, akankah kita percaya dengan takut terhadap ancamannya, dan berharap atas janjinya yang jelas tulisan-tulisan tersebut tidak jelas asal-usulnya? Bahkan ke seorang rasulpun kita tidak boleh meminta, mengharap, apalagi contoh diatas, dimana hanya tulisan-tulisan yang janji-janji dan ancamannya dari rasulpun bukan.

Maka jika ingin berdakwah, dakwahkan dengan benar, ambillah yang benar dari nash-nash yang ada di Al-Qur’an dan Sunnah, sampaikan menurut pemahaman shalafusholih, jangan beri janji-janji dan jangan mengancam, karena bukan seperti itu inti dakwah Islam. Cukupkan dengan berita baik tanpa harus diimbuhi yang tidak-tidak.



1. Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
2. Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.
3. Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Rafi' bin Huraimalah dan Wahab bin zaid berkata kepada Rasulullah Salallhu'alaihi wasalam: "Hai Muhammad! Cobalah turunkan kepada kami suatu kilat yang akan kami baca, atau buatlah sungai yang mengalir airnya, pasti kami akan mengikuti dan mempercayai tuan." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2: 108) sebagai peringatan agar umat Islam tidak mengikuti bani Israil di dalam mengikuti ajaran Rasul.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Sa'id atau 'Ikrimah yang bersumber dari Ibnu Abbas.)

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang kafir Quraisy meminta kepada Nabi Muhammad SAW supaya gunung Shafa dijadikan emas. Maka Nabi Salallhu'alaihi wasalam bersabda: "Baiklah, akan tetapi apabila kamu kufur, gunung ini akan berakibat seperti hidangan yang diminta bani Israil." (Sebagaimana tercantum dalam surat al-Maidah 112/115, kaum Hawariyyun meminta kepada Nabi Isa, agar Allah menurunkan hidangan dari langit. Allah mengabulkannya dengan ancaman siksaan bagi orang yang kufur kepada-Nya.) Kaum Quraisy menolak syarat tersebut, kemudian pulang. Maka Allah menurunkan ayat ini (S. 2: 108) berkenaan dengan peristiwa tersebut.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid.)

Menurut riwayat lain turunnya ayat ini (S. 2: 108) sehubungan dengan peristiwa ketika orang-orang Arab meminta kepada Nabi Muhammad Salallhu'alaihi wasalam agar mendatangkan Allah kepada mereka, sehingga dapat terlihat dengan nyata oleh mata mereka.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi.)

Menurut riwayat lain dikemukakan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Rasulullah SAW: "Ya Rasulullah, bagaimana kalau kifarat (denda tebusan dosa) kami disamakan saja dengan kifarat bani Israil? Nabi Salallhu'alaihi wasalam menjawab: "Maha Suci Allah, sungguh aku tidak menghendakinya. Karena Allah memberikan kepadamu yang lebih baik daripada yang diberikan kepada bani Israil dahulu. Apabila mereka melakukan kejahatan, tertulislah itu di atas pintu rumah mereka dan kifaratnya. Apabila telah ditunaikan kifaratnya, tinggallah kehinaan baginya di dunia. Dan apabila tidak ditunaikan mereka akan mendapat pula kehinaan di akhirat. Bukankah Allah telah memberikan yang lebih baik kepadamu daripada itu dengan firman-Nya: "Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan atau menganiaya dirinya, kemudian ia minta ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang." (QS 4: 110). Dan selanjutnya Nabi SAW bersabda: "Shalat yang lima, dan shalat Jum'at sampai Shalat Jum'at berikutnya menjadi kifarat kesalahan yang dikerjaan di antara waktu kesemuanya itu." Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (S. 2:108), sebagai teguran terhadap orang yang ingin mengubah ketentuan Allah.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abal-'Aliah.)

Wallahu'alam bi showab

No comments:

Post a Comment

Syukron :)